Ophal Lapho. Diberdayakan oleh Blogger.

Puisi

Macam-macam puisi, yaitu :
1) Puisi Lama
2) Puisi Baru

Menurut Abdul Rani dan Yani Maryani ( 1999:60-70) puisi lama dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1) Mantra : Puisi yang berisi pujia-pujian terhadap sesuatu yang ghaib atau dikeramatkan. Umumnya, mantra diucapkan secara lisan oleh pawang atau dukun ketika diadakan upacara keagamaan.
2) Bidal : Puisi lama yang dibuat untuk mengungkapkan sesuatu. Bidal menggunakan bahasa kiasan dan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu : pepatah, tamsil, kiasan, perumpamaan, dan pemeo.
3) Pantun : Puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu baitnya. Baris pertama dan kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi. Pantun bersajak ab-ab. Artinya, bunyi huruf terakhir pada akhir kata kalimat pertama dan kalimat ketiga sama, disebut sajak a. Sedangkan bunyi huruf terakhir pada kata terakhir kalimat kedua dan kalimat keempat sama, disebut sajak b.
4) Talibun : Puisi lama yang jumlah baris tiap baitnya lebih dari empat. Jumlah baris dalam tiap baitnya selalu genap. Sampirannya tergantung pada jumlah baris tiap baitnya. Jika satu bait terdiri atas enam baris, maka sampirannya adalah tiga baris pertama dan isinya adalah tiga baris terakhir.
5) Gurindam : Puisi lama yang tiap-tiap baitnya terdiri atas dua baris. Persajakannya a-a dan isi atau temanya adalah nasihat, hal-hal yang mendidik, dan masalah agama.
6) Seloka : Pantun berbingkai. Perbedaannya dengan pantun adalah kalimat kedua dan keempat pada bait pertama diulang kembali menjadi kalimat pertama dan kalimat ketiga pada bait kedua dst.
7) Syair : Puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu bait. Tetapi persajakannya syair adalah aa-aa.
8) Kit’ah : Puisi Arab yang berisi nasihat-nasihat.
9) Gazal : Puisi Arab yang berisi cintah kasih.
10) Nazam : Puisi Arab yang berisi cerita hamba sahaya, raja, sultan, pangeran atau bangsawan istana.
11) Ruba’i : Puisi Arab yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan nasihat.
12) Masnawi : Puisi Arab yang berisi puji-pujian tentang tingkah laku seseorang yang mulia.

Abdul Rani dan Yani Maryani ( 1999:80-93) menyebutkan bahwa puisi baru berbeda dengan puisi lama. Berdasarkan jumlah baris dalam kalimat pada setiap baitnya, puisi batu dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut :
1) Distikon : Puisi baru yang terdiri dari dua baris kalimat dalam setiap baitnya. Distikon bersajak a-a.
2) Tarzina : Puisi baru tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri dari tiga buah kalimat. Tarzina bersajak a-a-a, a-a-b, a-b-a, a-b-b.
3) Kuatrin : Puisi baru empat seuntai, artinya setiap baitnya terdiri dari empat buah kalimt. Kuatrin bersajak ab-ab, aa-aa, aa-bb.
4) Kuint : Puisi baru yang terdiri dari lima baris kalimat dalam setiap baitnya. Kuint bersajak a-a-a-a-a.
5) Sektet : Puisi baru yang terdiri dari enam buah kalimat dalam setiap baitnya. Persajakan dalam sektet tidak beraturan.
6) Septina : Puisi baru yang setiap baitnya terdiri dari tujuh buah kalimat. Persajakan septina juga tidak beraturan.
7) Stanza : Puisi baru delapan seuntai, yaitu setiap baitnya terdiri dari delapan buah kalimat. Stanza disebut juga oktava. Seperti halnya sektet dan septina, persajakan stanza tidak beraturan.

Berdasarkan isi yang dikandung, puisi baru dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Ode : Puisi baru yang isinya mengandung pujian kepada seseorang, suatu bangsa atau sesuatu yang dianggap mulia.
2) Himne : Puisi baru yang isinya mengandung pujian kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Himne sering disebut puisi ketuhanan.
3) Elegi : Puisi baru yang berisi duka nestapa. Puisi ini selalu mengungkapkan sesuatu yang pedih dan menyanyat hati.
4) Epigram : Puisi baru yang berisi tentang ajaran-ajaran moral, nilai hidup yang baik dan benar, yang dilukiskan dengan ringkas.
5) Satire : Puisi baru yang isinya mengecam, mengejek dengan kasar dan tajam terhadap sesuatu ketidak adilan yang ada dalam masyarakat.
6) Romance : Puisi baru yang berisi tentang cinta kasih. Cintak kasih ini tidak hanya antara sepasang kekasih, akan tetapi cintah kasih terhadap segala hal.
7) Balada : Puisi baru yang berisi cerita atau kisah yang mungkin terjadi atau hanya khayalan penyairnya saja.

Struktur Fisik Puisi :
1) Tema : Gagasan pokok yang dikemukakan penyair atau pokok pikiran yang menjiwai dan melandasi penciptaan puisi.
Contoh : Cinta ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme, perjuangan, dan masalah social.
2) Perasaan : Perasaan penyair yang terekspresikan dalam menghadapi persoalan / tema yang dipengaruhi oleh sikap penyair.
Contoh : Benci, tidak senang, rindu, setia kawan dsb
3) Nada : Sikap penyair kepada pembaca
Contoh : Ingin menggurui, menasehati, mengejek, menyindir atau bersikap biasa saja
4) Suasana : Keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi
Contoh : Nada duka menimbulkan suasana duka, nada kritik menimbulkan suasana pemberontak, nada ketuhanan menimbulkan suasana khusyuk dsb
5) Amanat : Pesan pengarang pada pembaca baik tersirat maupun tersurat
Contoh : Puisi Diponegoro mempunyai amanat sebagai berikut :
- Masa pembangunan ini, hendaknya kita mencontoh sikap patriotic pangeran Diponegoro
- Sikap patriotic harus dikobarkan untuk melanjutkan pembangunan
- Bila kita mengalah pada penjajah, jiwa kita direndahkan

Struktur Batin Puisi :
Citraan : Gambaran-gambaran sebuah objek yang tampak oleh mata batin kita, tetapi bisa berupa hal-hal yang merangsang panca indra kita, seperti pendengaran, pengelihatan, penciuman, dan perasaan.
1) Citraan pengelihatan ( visual ) : Hal-hal yang tidak terlihat, seolah-olah terlihat.
2) Citraan pendengaran ( auditif ) : menyebutkan atau menguraikan bunyi suara.
3) Citraan rabaan ( taktil ) : Ditimbulkan oleh gambar angan yang dapat dihayati dengan indra peraba.
4) Citraan gerak : Menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan bergerak.
Share on Google Plus

About Muhammad Naufal Charishuddin

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar